Senin, 30 Juni 2014

Secret admirer





Perjalanan ku melewati panjangnya jalan kehidupan telah membawaku bermetamorfosis, kuliah menjadi masa paling banyak belajar arti kehidupan, kini kaki ku melangkah ke pintu yang lain, pintu yang tak pernah ku ketahui sejak lahir. Sebuah pintu rahasia Ilahi. Usiaku lebih kepala dua kini seakan membawa lampu menuju pintu rahasia itu. Bukanlah hal terencana, namun tiba-tiba. Ku ditugaskan melalui takdirNya join dalam dunia yang asing bagiku. Terasa nyaman, terasa tenang jika ku semakin dekat dalam dunia itu. Sebuah dunia sederhana, penuh dengan qana’ah, beratapkan Kalam Ilahi, berpondasi Iman dan taqwa, berembunkan keramahan dan kehangatan, berselimutkan keikhlasan. Yap!! Itulah dunia pondok pesantren. Subhanallah. Allah Swt merencanakan dengan sangat cantik. berkatNya akhirnya ku dikelilingi orang-orang sholeh nan sholehah, sebuah SD bernuansa pesantren modern. SD yang akan mencetak para penghapal Qur’an. Subhanallah, takdir yang luarr biasa indah dan cantik, Allah Swt seakan memberikan kesempatanku untuk semakin dekat dengan Qur’an, dengan diamanahkan anak-anak pehapal Qur’an. Disinilah dedikasi dan imanku diuji. “Allohu Akbar..!! “ begitulah anak-anak bersemangat, selalu dihiasi dengan takbir. Subhanallah.
Disini jualah awal ku kenal banyak dengan akhwat dan ikhwan yang luar biasa dari SD Islam terpadu kota sebelah, ada seorang ikhwan yang usianya beda 2 tahun denganku mengirimkan sinyal merah jambu, tapi ku hanya ingin kelurusan niatnya. Itu juga peristiwa tak terduga, dia seorang pehapal Qur’an, karena lulus kuliah dari kampus Qur’an di kota seberang. Dia juga bisa menjadi Imam sholat tarawih di langgar bjb. Niatnya yang bagus tak mungkin ku tolak, hanya saja ku belum tahu siapa ikhwan yang menjadi jodohku. Biarkanlah Alloh Swt yang menggerakkan peristiwa bersejarah itu nantinya. Subhanallah, mungkin inilah anugerah Qur’an. Dulu sekali saat masih kuliah semester 4, ku pernah berdo’a: “Yaa Alloh..hamba ingin didekatkan dengan Qur’an, dekatkanlah hamba dengan orang-orang pencinta Qur’an, semoga dijodohkan dengan ikhwan pencinta Qur’an, hamba ingin memiliki suami yang bisa menjadi imam sholat”. Do’a itu masih ku ingat karena itulah harapanku yang begitu dalam, karena ku ingin memiliki keluarga Qur’ani. Ku kangen dan ku ingin sholat berjama’ah di rumah. Sebuah do’a kecil, tak lama setelah do’a itu, alhamdulillah ternyata ku mendapat kerjaan, jaga toko. Akhirnya hajatku membeli Al_Qur’an terjemah terwujud karenaNya. Dulu ku tak punya uang beli itu, di rumah tak satupun qur’an beterjemah, akhirnya ku selalu penasaran dengan arti tiap ayat yang ku baca. Berkat gaji jaga toko, langsung ke pasar mtp beli qur’an mungil plus terjemahnya. Penjualnya menawarkan 2 edisi qur’an. Pertama adalah edisi Qur’an Keluarga, kedua adalah Qur’an edisi Wanita. Naaahhhh...ku pilih yang pertama, dengan sampul warna hijau, bertuliskan “Sakinah”. Ingiiiiiiinnn banget mempunyai keluarga Qur’ani. Ternyata di dalamnya dilengkapi dengan hadis tentang berkeluarga. Subhanallah.inilah motivasi akibat dari broken home, hehee.... keinginan yang mungkin menurut orang terlalu lebay, tapi inilah kenyataannya. Inilah harapanku sejak dulu. Alloh Swt maha pengabul do’a, hanya saja rentang lama waktunya saja yang beda tiap orang. Ada yang langsung, ada yang lamaaa, semua perlu prosesnya. Dan ada hikmah dibaliknya. Berakhir dengan cantik. Aaaamiiiiiiin...(sujud syukur).

Jumat, 20 Juni 2014

Syukur dan Sujudku



(Maret 2013)

            Jalanan yang ramai, kejar-kejaran kendaraan tak kalah luput dari pandanganku, sesaknya manusia melengkapi suasana pagi menjelang siang ku hari itu, suasana saatku berangkat kuliah jam kedua. Pikiranku melayang ke masa-masa kuliahku sebelum ini, dari cerita ke cerita lain, dari kenangan ke kenangan lain, dari tertawa sampai tangisan. Semua terjadi bagaikan skenario yang sangat luar biasa. Dari kiri ke kanan, dan sebaliknya ku tatap penuh syukur. Sesampainya di kampus, ku belokkan sepeda motor ke arah tempat parkir. Teriknya matahari secerah hatiku. Kampus yang lahannya bertingkat itu, membuatku berjalan ke lereng menuju kerumunan mahasiswa yang baru saja habis dari perkuliahan jam pertamanya. Ku tatap mereka dari bawah, terlihat olehku dua mahasiswi tersenyum ke arahku. Mereka melayangkan senyuman dari ruang atas dan ku balas senyum mereka dengan langkah kaki yang terus berjalan tergesa-gesa sambil jari-jari tangan kiri mengayun-ayun kunci sepeda motor kemudian ku lambaikan tangan kanan tanda menyapa dengan ekspresi ceria. Sesampainya di anak tangga, jejeran mahasiswa berdiri bersandar sambil ngobrol di lantai tangga penghubung tangga di tingkat atasnya. Tap…tap..tap… di deretan anak tangga ketiga, tiba-tiba sapaan beberapa mahasiswa terlontar ke arahku secara bergantian. “Ifaahh…”. Ku jawab dengan anggukan dan senyum kemudian berlalu melewati mereka. Entahlah hal apa yang membuatku sangat ceria dari sebelumnya. Suasana hati ternyata sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar kita.
            “Rahmiii….!” Teriakku sambil mendekatinya. Senyumnya menyambutku, “aku tidak bisa masuk jam pertama tadi, ada berita apa tadi????” tanyaku antusias. “Kemana saja Ifaaaahh????” sembur sahabatku, Elly seraya tertawa kecil. “hehee..eheehe… tadi lagi ke tukang urut, ada pembengkakan sesuatu di organ tubuhku, kalau dibiarkan katanya bisa kanker, mudah-mudahan sehat selalu.” Kataku menjelaskan dan langsung melayangkan pandang ke bawah gedung kampus, terlihat olehku beberapa mahasiswi sedang tertawa ria sambil berjalan dan menenteng tas lengannya. “kalian merindukanku yaaaaa…???hih..hi..hii..” sahutku lagi. “Ih….Ge-Er…” . Ima yang juga sahabatku hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala karena tingkahku yang terlalu PD. “Ohh…iyaaa Ifah, tadi ada tugas lagi dari dosen matkul pertama,,na..” kata Rahmi mendekatiku belum sempat selesai…. “Ehh???!  Tugas kelompok atau individu nih???”aku langsung nyahut. ekspresi muka Rahmi langsung berubah hehehe jadi sebel dianya sama aku. “Tugas kelompok..” sahut Rahmi berbarengan dengan tangannya yang sedang membuka buku catatan. “ini nih daftar nama kelompoknya, kita satu kelompok faah..” penjelasan Rahmi tak berhenti sambil menyodorkan kertas daftar nama ke tangan kananku. “Emm….tugas bertambah banyak yaaa..heheehee..” kataku yang juga penutup perbincangan singkat ini karena dosen kedua sudah datang. Buru-buru masuk ruang kelas, berebut kursi yang paling belakang!! Hahaaha… karena dosen yang ini terkenal tegas, jadi banyak yang takut mungkin teman-teman. Aku duduk di barisan kedua dari depan, nomor empat dari samping kanan pas di ujung gang antara dua kubu kumpulan kursi, jadi dari samping kiriku kosong karena itu jalanan untuk dosen maju-mundur.
            “ini kok mahasiswanya penuh di belakang!! HEYY!! Yang di depan kursinya kosong! Yang belakang silakan isi kursi paling depan ini..” perintah Dosen sambil menatap layar Laptopnya. “pokoknya, peraturannya kalau mahasiswa saya, TIDAK ADA yang duduk di belakang, kursi-kursi di belakang HARUS dikosongkan!!! MENGERTI????!!”. “YAAAA…” serentak kami jawab. “UNDERSTAND????!!” “YEEEEEEESSSSSS….!” Sahut kami lagi yang kali ini sambil cekikikan tertawa. Hohohooo…udah tahu karakter beliau kok malah tetap saja bandel duduk di belakang. Aku dan kawan-kawan juga senyum-senyum karena lucu juga, mereka udah tahu gitu kok malah tetap saja bandel teman-teman yang doyan duduk di belakang.
            Dosen sambil melayangkan kertas absen, “mana Ketua Kelasnyaa???” Tanya dosen. “Lastraaaaa…” jawab mahasiswa sambil nunjuk ke arah Lastra yang duduk bersebrangan dengan dosennya juga. “nanti kita Es Em Esan saja kalau saya tidak masuk atau masuk kuliah dikelas ini. Kalau bapak bilang Masuk, MASUKLAAAHH,, kalau Bapak bilang LIBUR, LI…”. Belum selesai bicara, “LIIIBURLAAAAAHHH…” kami semua langsung menyahut karena sudah hapal kata-kata beliau.hahaa.. “Nahhh ..iyaa betul” kata dosen. “sekarang…ini ada absen di tangan saya, siapa di kelas ini yang manusianya Paling JUJUR!!!???” Tanya dosen lagi. Kali ini kami hening, tidak dapat serentak spontan menjawab. “karena saya tidak ingin ada yang nitip absen sama temannya”. “ayyooo…siapa??”tanya dosen lagi , terdengar olehku bisikan dari diskusi teman-teman di belakang, kemudian di tengah, dan di samping kiri kananku, entahlah apakah telingaku yang bermasalah, kenapa mereka melantunkan nama panggilku. “Latifah..” suara pelan dari beberapa teman di belakang, “iyaa..Latifah” kali ini lebih keras suaranya, “Latifah..” kali ini teman-teman bersahut-sahutan sambil menatapku dan menunjuk jari ke arahku.  Aku hanya bisa geleng kepala dan menggoyangkan kedua telapak tangan tanda menolak. Dosen langsung berjalan ke arahku, “Latifah, kamu dipercayai mereka dan saya percayai kamu paling jujur. Ini tugas tidak hanya di kelas, tapi tanggungan surga atau neraka. Kamu diberikan amanah ini, jadi yang kurang jangan dilebihkan, yang lebih jangan dikurangkan, YA???! ” . wejangan dari dosen di hadapanku, seraya menyerahkan kertas absen yang dikenal ajaib bisa hilang biasanya dari semester sebelum-sebelumnya, kemudian beliau berpaling dan duduk. Aku hanya angguk-angguk kepala karena grogi dan kaget. “iyaa..SIAP, pak!.” jawabku tegas sambil senyum. “Niii….. surga atau neraka!” celetuk beberapa teman cowok di belakang sambil cekikikan dengan nada nakut-nakuti aku. Aku manyun karena masih grogi, tapi dalam hati ku berterima kasih syukur kepada Allah swt dan juga kepada mereka yang percaya sama aku, walau aku belum tahu kenapa mereka menilaiku seperti itu tapi ku berusaha maksimal untuk selalu jujur.
            Kuliah semester 6 baru berjalan 2 minggu, tugas kuliah banyak, sehingga membuatku semakin sibuk dan lelah (asalkan tidak lelah hati saja). Disamping sibuknya kuliah, ku juga sempatkan kerja di toko obat milik salah satu dokter Spesialis di RSUD Zalecha. Sebelum kerja di toko, sempat mengajar di TK Al-Qur’an Al-Istiqomah, mama yang juga adalah seorang Guru Ngaji di TK Al-Qur’an satu-satunya di Martapura pada tahun 1990’an sampai melahirkanku ditahun 1992. Sering aku yang masih bayi dibawa ke TK Al-Qur’an, kadangku jadi pusat perhatian santri-santrinya karena lucu  dan menggemaskan kata mama. Pada usiaku satu tahun, mama berhenti menjadi Ustadzah di sana. Kata mama, ingin fokus jadi ibu rumah tangga sebagai kewajiban seorang ibu dan istri, hal yang paling tepat keputusan mama itu.  Ayah yang bekerja sebagai buruh parkir, membuatku prihatin. Aku yang sudah berusia 18 tahun pada waktu itu, mencoba mengikuti saran mama untuk sambil belajar menyalurkan ilmu agama di TK Al-Qur’an. Dengan sedikit ilmu membuatku tidak PD. Ini terjadi pada saat sebelum kuliah. Mengabdi di TK Al-Qur’an selama kurang lebih empat bulan. Karena aku harus kuliah, jadi berhenti mengabdi, tetapi pada saat kuliah sudah selama dua semester, aku ditawarkan teman kuliah menjadi guru/orangtua pengasuh sekaligus guru ngaji anak-anak pasangan Dokter Spesialis  Syaraf dan Paru-paru RSUD Zalecha yang juga berprofesi sebagai Dosen Kedokteran UnLam. Awalnya ku menolak, tetapi mengingat kerja keras ayah, akupun menerima tawaran tersebut. Selama dua bulan kemudian, tidak disangka aku diminta kerabat Dokter tersebut juga mengajarkan ngaji dan membimbing belajar anak mereka yang juga dari pasangan Dokter. Kali ini Dokter Spesialis Bedah di RSUD Zalecha. Semakin membuatku grogi dan tidak PD, tetapi ku terima tawaran tersebut dengan sedikit pengetahuan dan ilmu yang ku peroleh. Dalam semingguan ku bagi waktu sambil kuliah. Ini berlangsung hampir satu tahun.
Beberapa bulan kemudian……….
            Mama pernah mengatakan ini “ifah, mama pernah bertanya pada Guru/seorang Dakwah, kalau seandainya suami bukan Qori, tetapi istri adalah seorang Qoriah, siapakah yang berhak menjadi imam sholat???” aku terdiam saja karena tidak tahu apa jawabnya. Kemudian mama menjawab sendiri, “yang berhak adalah suami, itu sama seperti keadaan di rumah ini, ayah tidak bisa mengaji, tapi mama adalah seorang guru ngaji. Kadang mama ingin sekali sholat berjama’ah di rumah dengan diimamkan oleh ayahmu, tetapi apa daya, hanya harapan,” itu penjelasan mama, membuatku sedih. “tapi ma, mama berhasil mendidik kami sebagai anak yang bisa ngaji juga ilmu agama; fiqihnya, aqidahnya, mama ajarkan kami dengan sabar dan tegas, bahkan mama sempat memukul adik yang pernah tidak ada minat belajar ngaji, tapi sekarang dia bisa ngaji. kemudian mama serahkan kami ke TK Al-Qur’an, kemudian mama serahkan lagi ulun belajar ngaji kepada Imam sholat di kampung ini, bahkan ke rumah guru ngaji. Tiga guru ngaji sudah mama serahkan ulun.” Kataku supaya menghibur mama.
            Beberapa minggu kemudian, “fah, ku dikirimkan beasiswa dari dinas pendidikan, dan sekarang ajarkanku mengambil uang lewat ATM ya???” kata adikku yang masih SMA kelas XI. “Alhamdulillah,iyaaa’’
            Di rumah sepulang kerja di toko, aku masuk kamar orangtuaku untuk menaruh uang titipan teman mama, di atas kasur terlihat olehku buku panduan yang bertuliskan ‘bisa membaca Qur’an 2 jam’ secara reflex berkaca-kaca mataku terharu bersyukur (ini bukan efek alay, tapi nyata) kemudianku berlari keluar sambil membawa buku tersebut, “mamaaaa…..ayaaaahhhh….ini punya siapa???”. Ayah langsung menjawab “punya ayah, ini pemberian adikmu, kemarin dia membelikannya untuk ayah” aku menatap mama dengan senyum bahagia. “iyaaa,,,,itu dari adikmu untuk ayah,” sahut mama. (tidak ada kata terlambat, ayah..untuk belajar, subhanallah, terima kasih yaa Allah) batinku. Adikku yang dulu keras kepala diajarkan ngaji, malah sekarang sangat simpatik sama ayah dan membelikan panduan tersebut dengan menggunakan duit beasiswanya. Aku tersadar akan diriku yang setiap bulan dapat rejeki lewat gaji jaga toko, bahkan beasiswa malah tidak pernah membelikan buku panduan tersebut untuk ayah, dalam hatiku menangis akan khilafku. Sebelumnya Hanya memberikan do’a di tiap sholatku, tetapi tidak memberikan hal nyatanya kepada ayah. Dalam do’aku aku memohon pada Allah swt, agar memberikan hidayah pada Ayah, mama, adik-adikku dan juga aku.
            Saat ku kenal dekat dengan seseorang yang sekarang ku suka, ku sangat bersyukur. Karena mama ingin ku bisa memiliki suami yang bisa ngaji dan tahu agama. Walau ku tak tahu siapa jodohku dan apakah dia jodohku(ku harap begitu), mengenal dekat seseorang yang sekarang namanya di hatiku saja sudah bersyukur. Hanya do’a dan ikhtiar, serta takdir untuk sampai hajatku terwujud. Sujud dan syukurku Yaa Robb…. Yang telah memberikan ruh dan kehidupan ini kepada hamba, lika-liku, suka duka, semua adalah skenario yang luar biasa dan terdapat hikmah di dalamnya.
            Awal semester 6 adalah awal kisah baruku, dari masa ke masa sudah terlewati, sepulang kuliah beberapa hari yang lalu, seperti biasa aku dan kawan-kawan ngerjakan tugas kuliah di kampus, kemudian makan siang dan sholat di masjid PLN. “ifah…ikut kita makan yuu,,, habis itu ke mesjid PLN seperti biasanya.” Ajak Elly. “emmmm… maaf kawan, uangku tidak cukup, hanya 7 ribu, tadi bayar modul” jawabku, “tidak apa ifaaahh,,,, nanti kami tambahin yang kurangnya,,yaaa??” jawab Ima. Lama ku berpikir, kemudian ditarik Elly lenganku. “iyyyaaaa….iyaa…ku ikut “ jawabku sambil senyum paling manis sedunia hahaa…makan soto lamongan itu menyenangkan bersama sahabat seperti mereka. Soto lamongan menjadi ciri khas makanan favorit kami karena murah meriah pas dengan kantong kami. hehehe
Setelah makan selesai, isi mangkuknya pun kosong, kami ngumpulin uang di atas meja. Ku keluarkan uang lima ribuan dan dua ribuan. Elly dengan 50 ribuan , Ima dengan 20 ribuan. Heheee.. kamipun tertawa melihat nominal-nominal uang tersebut. Akhirnya Elly yang bayarin, aku dan Ima nyerahkan uang ke Elly. Saat Elly bayar ke depan. Tiba-tiba Ima bersuara, “ifah…gak ada uang lagikan di dompet???” Tanya Ima dengan ekspresi sedih, aku jadi gak enak. “i…iiyaa..ima” dengan nada terbata-bata. Terlihat olehku Ima mengeluarkan uang 10 ribuan, dan menyerahkan ke aku. “aa… jangan Ima, simpan saja, jangan gitu, rumahku gak jauh ko, nanti juga gajian.” Sahutku. “ambil saja, toh,, dulu ku juga ada hutang 10ribu kan?? Takut kenapa-kenapa dijalan, entah bocor ban atau ada apa kek. Yah?? Ambil aja ifaaah..” kali ini Ima mengancam ada bahaya diperjalanan pulangku, hedeeehh.. akhirnya ku terima. “tapiii…Ima?? Ku juga ada hutang 6 ribu” tanyaku “ga papa… nanti ketika gajian aja yaa? Yang penting ada saku dulu buat pulang ke rumah, lumayan jauh rumah kamu itu dari Loktabat” jawab Ima. Dalam hatiku terharu, baik sekali Ima ini. Rasanya pengen nangis dan pengen memeluk sahabatku itu saking terharunya, “terima kasih Imaa..”. walau uang saku yang diberikan ortuku berkisar 10 ribu perhari, aku tetap bisa bertahan, karena ada Allah swt selalu. Alhamdulillah di semester 6 ini uang saku yang diberikan naik menjadi 15 ribu per hari.. hoohoo.. sahabatku Ima dan Elly memang dekat dan kenal aku, sehingga mereka mengerti keadaanku, mereka juga sahabat curhatku. Rangkaian demi rangkaian cerita menjadi satu, kini usiaku mendekati 21 tahun, cukup besar angkanya. Keluarga, Sahabat, teman, dan lain-lain sudah mewarnai hariku. Sujud dan syukurku pada Allah swt.
            “ifah… rugiii lhooh gak ikut matkul bhs Arab tadi, dosennya lulusan Al-Azhar Cairo Mesir, asli mtp jg, pernh ngajar di Malaysia, lulusan S2 iain Jkt jg,,,pernah jadi Assisten Yayasan Universitas di Jambi, ayooo ikuutin matkulnya …dosennya masih muda lohh hehee???” itu adalah isi sms dari Ima, “waahh..luar biasa??? Tapi dekan nyuruh gak ngmbil, coz udah 10 sks matkul pilihan yg ku ambil, jadi gak ngmbil lagi matkul plhan bhs arb itu. Pengeeeeeennn bgt ikut belajar, tapii,, udah 10 sks, Ima kan baru 7 sks” balasan smsku. “ya sudah,,, oh iya nanti ada pngajian kata dosen bhs arb tadi di kmpus, perlu bgt dehh siraman rohani” balasan Ima. “waaaahhh??? Yg bener?? Ikuuutaaaannn.. aku jg mau ikut, kabari aku yaaa??” balasku lagi. “iyyaaa…sep” balasan Ima.
            “heyyy…. Ifah, gak masuk matkul bapak Arif??? Kan kamu yang dipercaya beliau pegang absen kelas??” Tanya teman seraya duduk disebelah  kananku, “iiyyaaa.. gak jadi ngambil, pak dekan nyarankan gak ngambil, udah 10 sks” jawabku sambil memandang ke depan, “yaaahhh..sayang banget yaaa… trus gimana dunk absen siapa yang pegang?? Kamu paling jujur” Tanya teman lagi. “gak tahu,,, aku juga galau” jawabku tertunduk.
            Sehari setelahnya, tubuhku merasa sangat lelah, yaa… tentu ini dampaknya dari pulang jam 2 siang (padahal jam kuliah  berakhir jam 12 siang) kemudian berangkat jam 3 siang untuk kerja, di tempat kerja nerusin ngerjain tugas kuliah setelah bersih-bersih toko (ngelap,  nyapu, ngepel) heheeehehe, ditambah lagi harus nyiapin bahan untuk membimbing anak sd binaanku di toko. Sungguh perjuangan yang tidak mudah.
            Di kuliah , “fah.. udah ngambil kartu UTS ?” Tanya Rahmi, “belum, ini mau ngambil”. Masuk ruang administrasi fkip, terlihat olehku berjubel mahasiswa sedang menukarkan kwitansi spp dengan kartu uts. Ketika giliranku, “ada kwitansi sumbangan mahasiswa???” Tanya bapaknya. “em? Tidak ada, emang ada ya Pak??” tanyaku. “waah,, tidak melihat surat edaran ya di papan depan??” Tanya beliau lagi. “tidak, besok saja ya Pak bayarnya. Bolehkah sekarang ngambil kartunya??” tanyaku. “tidak boleh, harus bayar sumbangan 30 ribu dulu.” Dengan ekspresi sedih ku kembali ke ruang kuliah, dan ternyata kawan-kawan juga dibingungkan  dengan prosedur administrasi yang saat ini berlaku. Ku lihat dompetku hanya 20 ribu hahaaha… “naahh ifah galau ya?”Tanya Elly. “tidaakk…hahaa…hanya lagi berpikir gimana caranya agar nih dompet nambah duitnya jadi 30 ribu besok,ahaaha, senin kan udah mulai UTS huhuuu..masa ku gak ikut ujian, ini tanggal tua.” Sahutku sambil tertawa. “minta sama ortu,” kata Elly. Ku hanya geleng-geleng. “atau ambil aja tabunganmu di bni” sahut Elly lagi. “waahh..itu buat biaya di akhir kuliah nanti” jawabku dengan nada sedih yang dibuat-buat. “Ohhhh para pemimpin.. dengarkah dan tahukah kalian dengan rakyat kalian iniiiii…” kataku berpuisi dengan nada alay. “hedeeeeeehhhh…” sahut Elly. Rahmi tertawa melihat tingkahku yang aneh. Alhamdulillah bisa ikut ujian.
            Beberapa saat setelah UTS berakhir, aku diam di kelas,, pagi itu jam pertama kuliah lagi tidak masuk dosennya, ku sapu pandang di kelas, hmm.. kicauan teman-teman menggema, aku hari itu lagi pengen diam, tap..tap..tap.. suara langkah kakiku  menuju teras kelas menemui sahabat-sahabat yang sedang duduk canda tawa, “ehh… tahu gak ini ifit ada yang baruuu nih yeeee..” sindir Rahmi. Lima sahabat ku tertawa, hanya aku yang diam. Dan bla..blaa..bla… canda tawa mereka menghiasi suasana di kampus. Terkadang mereka memandang ke arahku saat tertawa karena hanya aku yang tidak tertawa (mereka merasa ada yang aneh dan beda dari diriku), ku balas dengan senyum. Walau sebenarnya aku sedang berpikir, bagaimana mengubah atmosfer perilaku dan budaya di kampus ini. Teringatku akan sebuah motivasi tentang berperilaku yang sesuai dengan Syariat. Membuatku ingin berubah, dan memperbaiki diri, apalagi sebagai calon guru SD yang sangat bahkan ku anggap wajib menjadi pribadi yang utuh sesuai syariat, karena menjadi teladan (digugu dan ditiru) kata teori yang pernah kubaca. Okehh..lanjut ke cerita di kampus tadi, kira-kira setengah jam berdiri menyaksikan aksi lucu sahabat-sahabat aku berjalan lagi ke dalam kelas untuk baca-baca, terlihat dua orang teman di sampingku sedang serius membaca buku, sangat senang ku melihatnya. Aku prihatin terhadap rekan-rekan karena nasib status akreditasi prodi yang sedang ku emban ini.
            Satu minggu kemudian, aku tekadkan dalam hati, aku menggunakan jilbab yang lebih panjang dari sebelumnya, pakai celana panjang di dalam rok panjang, biar bersepeda motor tidak kelihatan aurat betis/kaki saat lagi berhenti atau ngerem. Beli lapisan penutup lengan yang sampai telapak tangan, bela-belain nyari ke pasar, singgah ke Rabbani nyari kaos kaki yang panjang, jilbab yang panjang warna putih bersih. Di tengah perjalanan mencari barang yang diperlukan sepanjang itu juga ku senyum-senyum dan ada rasa plong karena nikmat dan hidayah dari Allah SWT begitu terasa. Alhasil, tibanya di kampus dengan pakaian yang beda dari sebelumnya (hijrah), seperti biasa dengan riang gembira ku berjalan menuju  gedung kampus. GLEK! Ku dikagetkan dengan Kawan-kawan yang sudah duduk di bangku berderet seraya memandangku dengan ekspresi kaget dan bingung. Hahaa.. aku hanya bergumam dalam hati dari kejauhan “kira-kira apa yaa respon mereka???”. Campur aduk deh pikiranku saat itu hohoho.. sesampainya kurang lebih satu meter dari mereka, ku kembangkan senyum yang paling manis. “Waaaaa…Assalamu’alaikuuum….Ustadzaah!!” sapa salah seorang kawan (gadis juga). FIUH..! syukur deh responnya positif, ini panggilan rutin dari dulu oleh kawan-kawan. Ku salami satu per satu mereka. Tapi yang tidak biasa adalah ekspresi mereka yang sangat ceria ketika menyambut perubahan penampilanku. Subhanallaah. Berarti perlu istiqomah. Tidak hanya dari penampilan, namun juga dari pikiran, perkataan, dan perbuatan yang harus sinkron dengan hijrahnya si aku ini. Besoknya, ketika duduk-duduk ngumpul dengan sahabat-sahabat di kampus, “Ifah, kamu jadi seorang ‘Ukhti’ beneran. Jilbabnya caranya berjilbab pian bagus, seperti Ukhti-ukhti.” Kata  Elly yang memecah keheningan di pagi itu dengan senyum dia menatapku, ku balas senyumnya, “alhamdulillaah.. aamiiin,, terima kasiih yaa El.” Tiba-tiba sahabatku Rahmi menyahut, “wah.. dari dulu kok si Ifah gitu.” “ah..masa???! tapi auranya Latifah beda sekarang dari sebelumnya, atau hanya aku ya yang merasa??, Latifah aura pian beda, lebih Ukhti.” Sahut Elly lagi kali ini ekspresinya lebih bersemangat, Aku hanya senyum karena melihat lucu tingkah sahabatku ini. Rahmi juga senyum setelah mendengarkan penjelasan Elly. Sahabatku Elly ini gadis yang ceria, energik, periang, penyayang, perhatian. Makanya, dia yang sering membuat kami ikut riang, karena ketularan gayanya yang optimistis dan energik.
            Sepekan kemudian aku dan sahabatku mau ketemuan nih ceritanya dengan teman yang lama tidak bertemu, yap! Kak Raudhah, beliau dan aku ada janji ketemu+kenalan dengan Murobbiyah yang dicarikan kak Raudhah, untuk belajar ilmu agama Islam dengan mengikuti halaqoh Tarbiyah. Perlu dan sangat perlu pembinaan jiwa dan rohani. jam 12 siangku dan Ima lagi memprint nih di Komet sambil nunggu adzan zuhur, muter-muter nyari tempat ketemuannya, hehe akhirnya disepakati di rumah makan Sari Alam atas permintaan Mba Murobbiyahnya. Pertemuan saat itu adalah awal dari perubahan hijrah ku dan sahabatku Ima, awal dari cara pandang, awal dari cara berperilaku, awal dari kehidupanku yang baru dari masa lalu yang harus ku bilang “DAAAAHH..”  ya! Daaadaah dari kelakuan yang bisa dibilang masih ababil (ABG LABIL). Harus HIJRAH!. Dengan semangat dan keyakinan dari dalam diri, ku mulai dengan Bismillaah.. bersama Sahabat setiaku Ima.
Saat menikmati makanan yang disajikan di rumah makan itu, kami saling kenalan, dan bla bla bla.. “berawal dari sesama penggemar buku yaa kalian akhirnya bertemu“ kata Murobbiyahnya,  namanya Mba Kansha yang juga Seorang Dokter. Kami ketawa kecil, sambil senyum-senyum. “Subhanallah.. nanti kalau untuk laki-laki juga bisa Liqonya biar digabung aja ya, bisa aja kok Suami saya yang bimbing, atau memutiki Ustadz di jalan juga bisa kok, saking banyaknya kenalan seorang Ustadz. Jadi tenang  aja kalian.” Kata Mba Kansha lagi sambil bergurau, “iyaa..iyaa..suami Mbanya Seorang Ustadz, jadi bisa juga kok” sahut Kak Raudhah. Ku bergumam dalam hati “wah luar biasa,, sepasang suami istri yang klop,,sevisi dan semisi.” tak hentinya aku terkagum-kagum dengan beliau dan Kak Raudhah. “di sini saya bukan berarti lebih tahu, tapi hanya lebih tua aja,hehe jadi kita bersama memperbaiki diri yaaa??” kata Murobbiyahnya, ku jawab dengan anggukan optimis.
 “Nurul, jaga toko obat milik Dokter siapa??” Tanya Mbanya lagi, “ em.. lupa nama suaminya, kalau Ibunya ingat, Bu Ratna, suami beliau Dokter Spesialis Anestesi” jelasku. “Oh.. Pak Renata????” Tanya Mbanya dengan antusias. Aku angguk-angguk. “kalau Dokter Iqbal?? Dokter bedah, Pasti kenal juga??” tanyaku. “iyaa.. sesama dokter di RS Bjb, beliau Bedah Tulang, kenal di mana?”. “pernah ke rumah beliau membimbing anak-anak beliau aja dulu, tapi sekarang gak.” jawabku. “wahh.. subhanallah, kuliah sambil kerja, jadi mereka ini memang gak pernah jalan-jalan keluyuran, makanya gak tahu jalan, atau tempat-tempat rumah makan atau yang lainnya, soalnya ya sepulang kuliah langsung jaga toko.heheehe ” sahut Kak Raudhah.
Aku dan Ima jadi malu. Hehehee,,, soalnya kami saat diajak ketemuan di Intan Sari itu gak tahu alamatnya, di Lombok Ijo yang kata Kak Raudhah dekat pasar Bjb juga gak tahu yang ada malah kami ngiranya bercandaan aja kak Raudhahnya, gini kata Ima “hehee.. Fah, lombok hijau tu memang adanya di pasar kan??? Ahaha..kakanya bercanda nihh saking bingungnya  memastikan tempat pertemuannya karena kita gak tahu tempatnya.” Aku dan Ima cekikikan saja di jalan sambil muter-muter di sekitar Pusda Bjb. “hahaha…ya iya lah di pasar kalau lombok hijau tu.. tapi kayaknya emang ada nama rumah makan Lombok Ijo soalnya isi sms kak Raudhah huruf awalnya kapital nih ‘Lombok Ijo’.” Sahutku seraya memandang layar HPnya Ima. Akhirnya sepakat ngumpul di depan Pusda Bjb,, agar sama tahu alamatnya.
            Benar-benar awal semester yang sangat berkesan, seakan merekah dan semerbak mewangi nikmat yang diberikan Allah SWT. “Fa bi ayyi aalaa-I robbikumaa tukadzdzibaan (maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu ingkari?”
            Kutipan ayat dari Surah Ar-Rahman itu mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dengan yang sudah dan sekarang yang didapat, dan tetap bersemangat untuk menjalani kehidupan, karena sungguh nikmat yang diberi Allah SWT tidak dapat terhingga bahkan tidak dapat cukup semua air laut jika dijadikan tinta untuk menuliskan semua nikmat yang diberikan itu. ^_^ subhanallaah……… mengenal sahabat-sahabat yang luar biasa, pengalaman yang suka duka jatuh bangun, sampai pada proses perubahan ini, benar-benar syukur alhamdulillaah. Cobaan ataupun ujian telah membelajarkanku. Juga seseorang yang sudah banyak membuatku terinspirasi, dia yang menginspirasiku untuk selalu memperbaiki diri dan dakwah dijadikan bagian dari hidup. Subhanallah.

Semoga bermanfaat….^^^^ walau hanya sebesar biji sawi   ^__^