(Maret 2013)
Jalanan yang ramai, kejar-kejaran
kendaraan tak kalah luput dari pandanganku, sesaknya manusia melengkapi suasana
pagi menjelang siang ku hari itu, suasana saatku berangkat kuliah jam kedua.
Pikiranku melayang ke masa-masa kuliahku sebelum ini, dari cerita ke cerita
lain, dari kenangan ke kenangan lain, dari tertawa sampai tangisan. Semua
terjadi bagaikan skenario yang sangat luar biasa. Dari kiri ke kanan, dan
sebaliknya ku tatap penuh syukur. Sesampainya di kampus, ku belokkan sepeda
motor ke arah tempat parkir. Teriknya matahari secerah hatiku. Kampus yang
lahannya bertingkat itu, membuatku berjalan ke lereng menuju kerumunan
mahasiswa yang baru saja habis dari perkuliahan jam pertamanya. Ku tatap mereka
dari bawah, terlihat olehku dua mahasiswi tersenyum ke arahku. Mereka melayangkan
senyuman dari ruang atas dan ku balas senyum mereka dengan langkah kaki yang
terus berjalan tergesa-gesa sambil jari-jari tangan kiri mengayun-ayun kunci
sepeda motor kemudian ku lambaikan tangan kanan tanda menyapa dengan ekspresi
ceria. Sesampainya di anak tangga, jejeran mahasiswa berdiri bersandar sambil
ngobrol di lantai tangga penghubung tangga di tingkat atasnya. Tap…tap..tap… di
deretan anak tangga ketiga, tiba-tiba sapaan beberapa mahasiswa terlontar ke
arahku secara bergantian. “Ifaahh…”. Ku jawab dengan anggukan dan senyum
kemudian berlalu melewati mereka. Entahlah hal apa yang membuatku sangat ceria
dari sebelumnya. Suasana hati ternyata sangat berpengaruh terhadap lingkungan
sekitar kita.
“Rahmiii….!” Teriakku sambil
mendekatinya. Senyumnya menyambutku, “aku tidak bisa masuk jam pertama tadi, ada
berita apa tadi????” tanyaku antusias. “Kemana saja Ifaaaahh????” sembur
sahabatku, Elly seraya tertawa kecil. “hehee..eheehe… tadi lagi ke tukang urut,
ada pembengkakan sesuatu di organ tubuhku, kalau dibiarkan katanya bisa kanker,
mudah-mudahan sehat selalu.” Kataku menjelaskan dan langsung melayangkan
pandang ke bawah gedung kampus, terlihat olehku beberapa mahasiswi sedang
tertawa ria sambil berjalan dan menenteng tas lengannya. “kalian merindukanku
yaaaaa…???hih..hi..hii..” sahutku lagi. “Ih….Ge-Er…” . Ima yang juga sahabatku
hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala karena tingkahku yang terlalu PD.
“Ohh…iyaaa Ifah, tadi ada tugas lagi dari dosen matkul pertama,,na..” kata
Rahmi mendekatiku belum sempat selesai…. “Ehh???! Tugas kelompok atau individu nih???”aku
langsung nyahut. ekspresi muka Rahmi langsung berubah hehehe jadi sebel dianya
sama aku. “Tugas kelompok..” sahut Rahmi berbarengan dengan tangannya yang
sedang membuka buku catatan. “ini nih daftar nama kelompoknya, kita satu
kelompok faah..” penjelasan Rahmi tak berhenti sambil menyodorkan kertas daftar
nama ke tangan kananku. “Emm….tugas bertambah banyak yaaa..heheehee..” kataku
yang juga penutup perbincangan singkat ini karena dosen kedua sudah datang.
Buru-buru masuk ruang kelas, berebut kursi yang paling belakang!! Hahaaha…
karena dosen yang ini terkenal tegas, jadi banyak yang takut mungkin
teman-teman. Aku duduk di barisan kedua dari depan, nomor empat dari samping
kanan pas di ujung gang antara dua kubu kumpulan kursi, jadi dari samping
kiriku kosong karena itu jalanan untuk dosen maju-mundur.
“ini kok mahasiswanya penuh di
belakang!! HEYY!! Yang di depan kursinya kosong! Yang belakang silakan isi
kursi paling depan ini..” perintah Dosen sambil menatap layar Laptopnya.
“pokoknya, peraturannya kalau mahasiswa saya, TIDAK ADA yang duduk di belakang,
kursi-kursi di belakang HARUS dikosongkan!!! MENGERTI????!!”. “YAAAA…” serentak
kami jawab. “UNDERSTAND????!!” “YEEEEEEESSSSSS….!” Sahut kami lagi yang kali
ini sambil cekikikan tertawa. Hohohooo…udah tahu karakter beliau kok malah
tetap saja bandel duduk di belakang. Aku dan kawan-kawan juga senyum-senyum
karena lucu juga, mereka udah tahu gitu kok malah tetap saja bandel teman-teman
yang doyan duduk di belakang.
Dosen sambil melayangkan kertas
absen, “mana Ketua Kelasnyaa???” Tanya dosen. “Lastraaaaa…” jawab mahasiswa
sambil nunjuk ke arah Lastra yang duduk bersebrangan dengan dosennya juga.
“nanti kita Es Em Esan saja kalau saya tidak masuk atau masuk kuliah dikelas
ini. Kalau bapak bilang Masuk, MASUKLAAAHH,, kalau Bapak bilang LIBUR, LI…”.
Belum selesai bicara, “LIIIBURLAAAAAHHH…” kami semua langsung menyahut karena sudah
hapal kata-kata beliau.hahaa.. “Nahhh ..iyaa betul” kata dosen. “sekarang…ini
ada absen di tangan saya, siapa di kelas ini yang manusianya Paling
JUJUR!!!???” Tanya dosen lagi. Kali ini kami hening, tidak dapat serentak
spontan menjawab. “karena saya tidak ingin ada yang nitip absen sama temannya”.
“ayyooo…siapa??”tanya dosen lagi , terdengar olehku bisikan dari diskusi
teman-teman di belakang, kemudian di tengah, dan di samping kiri kananku,
entahlah apakah telingaku yang bermasalah, kenapa mereka melantunkan nama
panggilku. “Latifah..” suara pelan dari beberapa teman di belakang,
“iyaa..Latifah” kali ini lebih keras suaranya, “Latifah..” kali ini teman-teman
bersahut-sahutan sambil menatapku dan menunjuk jari ke arahku. Aku hanya bisa geleng kepala dan
menggoyangkan kedua telapak tangan tanda menolak. Dosen langsung berjalan ke
arahku, “Latifah, kamu dipercayai mereka dan saya percayai kamu paling jujur.
Ini tugas tidak hanya di kelas, tapi tanggungan surga atau neraka. Kamu
diberikan amanah ini, jadi yang kurang jangan dilebihkan, yang lebih jangan
dikurangkan, YA???! ” . wejangan dari dosen di hadapanku, seraya menyerahkan
kertas absen yang dikenal ajaib bisa hilang biasanya dari semester
sebelum-sebelumnya, kemudian beliau berpaling dan duduk. Aku hanya
angguk-angguk kepala karena grogi dan kaget. “iyaa..SIAP, pak!.” jawabku tegas
sambil senyum. “Niii….. surga atau neraka!” celetuk beberapa teman cowok di
belakang sambil cekikikan dengan nada nakut-nakuti aku. Aku manyun karena masih
grogi, tapi dalam hati ku berterima kasih syukur kepada Allah swt dan juga
kepada mereka yang percaya sama aku, walau aku belum tahu kenapa mereka
menilaiku seperti itu tapi ku berusaha maksimal untuk selalu jujur.
Kuliah semester 6 baru berjalan 2
minggu, tugas kuliah banyak, sehingga membuatku semakin sibuk dan lelah
(asalkan tidak lelah hati saja). Disamping sibuknya kuliah, ku juga sempatkan
kerja di toko obat milik salah satu dokter Spesialis di RSUD Zalecha. Sebelum
kerja di toko, sempat mengajar di TK Al-Qur’an Al-Istiqomah, mama yang juga
adalah seorang Guru Ngaji di TK Al-Qur’an satu-satunya di Martapura pada tahun
1990’an sampai melahirkanku ditahun 1992. Sering aku yang masih bayi dibawa ke
TK Al-Qur’an, kadangku jadi pusat perhatian santri-santrinya karena lucu dan menggemaskan kata mama. Pada usiaku satu
tahun, mama berhenti menjadi Ustadzah di sana. Kata mama, ingin fokus jadi ibu
rumah tangga sebagai kewajiban seorang ibu dan istri, hal yang paling tepat
keputusan mama itu. Ayah yang bekerja
sebagai buruh parkir, membuatku prihatin. Aku yang sudah berusia 18 tahun pada
waktu itu, mencoba mengikuti saran mama untuk sambil belajar menyalurkan ilmu
agama di TK Al-Qur’an. Dengan sedikit ilmu membuatku tidak PD. Ini terjadi pada
saat sebelum kuliah. Mengabdi di TK Al-Qur’an selama kurang lebih empat bulan.
Karena aku harus kuliah, jadi berhenti mengabdi, tetapi pada saat kuliah sudah
selama dua semester, aku ditawarkan teman kuliah menjadi guru/orangtua pengasuh
sekaligus guru ngaji anak-anak pasangan Dokter Spesialis Syaraf dan Paru-paru RSUD Zalecha yang juga
berprofesi sebagai Dosen Kedokteran UnLam. Awalnya ku menolak, tetapi mengingat
kerja keras ayah, akupun menerima tawaran tersebut. Selama dua bulan kemudian,
tidak disangka aku diminta kerabat Dokter tersebut juga mengajarkan ngaji dan
membimbing belajar anak mereka yang juga dari pasangan Dokter. Kali ini Dokter
Spesialis Bedah di RSUD Zalecha. Semakin membuatku grogi dan tidak PD, tetapi
ku terima tawaran tersebut dengan sedikit pengetahuan dan ilmu yang ku peroleh.
Dalam semingguan ku bagi waktu sambil kuliah. Ini berlangsung hampir satu
tahun.
Beberapa
bulan kemudian……….
Mama pernah mengatakan ini “ifah,
mama pernah bertanya pada Guru/seorang Dakwah, kalau seandainya suami bukan
Qori, tetapi istri adalah seorang Qoriah, siapakah yang berhak menjadi imam
sholat???” aku terdiam saja karena tidak tahu apa jawabnya. Kemudian mama
menjawab sendiri, “yang berhak adalah suami, itu sama seperti keadaan di rumah
ini, ayah tidak bisa mengaji, tapi mama adalah seorang guru ngaji. Kadang mama
ingin sekali sholat berjama’ah di rumah dengan diimamkan oleh ayahmu, tetapi
apa daya, hanya harapan,” itu penjelasan mama, membuatku sedih. “tapi ma, mama
berhasil mendidik kami sebagai anak yang bisa ngaji juga ilmu agama; fiqihnya, aqidahnya,
mama ajarkan kami dengan sabar dan tegas, bahkan mama sempat memukul adik yang
pernah tidak ada minat belajar ngaji, tapi sekarang dia bisa ngaji. kemudian
mama serahkan kami ke TK Al-Qur’an, kemudian mama serahkan lagi ulun belajar
ngaji kepada Imam sholat di kampung ini, bahkan ke rumah guru ngaji. Tiga guru
ngaji sudah mama serahkan ulun.” Kataku supaya menghibur mama.
Beberapa minggu kemudian, “fah, ku
dikirimkan beasiswa dari dinas pendidikan, dan sekarang ajarkanku mengambil
uang lewat ATM ya???” kata adikku yang masih SMA kelas XI. “Alhamdulillah,iyaaa’’
Di rumah sepulang kerja di toko, aku
masuk kamar orangtuaku untuk menaruh uang titipan teman mama, di atas kasur
terlihat olehku buku panduan yang bertuliskan ‘bisa membaca Qur’an 2 jam’ secara
reflex berkaca-kaca mataku terharu bersyukur (ini bukan efek alay, tapi nyata)
kemudianku berlari keluar sambil membawa buku tersebut,
“mamaaaa…..ayaaaahhhh….ini punya siapa???”. Ayah langsung menjawab “punya ayah,
ini pemberian adikmu, kemarin dia membelikannya untuk ayah” aku menatap mama
dengan senyum bahagia. “iyaaa,,,,itu dari adikmu untuk ayah,” sahut mama. (tidak ada kata terlambat, ayah..untuk
belajar, subhanallah, terima kasih yaa Allah) batinku. Adikku yang dulu
keras kepala diajarkan ngaji, malah sekarang sangat simpatik sama ayah dan
membelikan panduan tersebut dengan menggunakan duit beasiswanya. Aku tersadar
akan diriku yang setiap bulan dapat rejeki lewat gaji jaga toko, bahkan
beasiswa malah tidak pernah membelikan buku panduan tersebut untuk ayah, dalam
hatiku menangis akan khilafku. Sebelumnya Hanya memberikan do’a di tiap
sholatku, tetapi tidak memberikan hal nyatanya kepada ayah. Dalam do’aku aku
memohon pada Allah swt, agar memberikan hidayah pada Ayah, mama, adik-adikku
dan juga aku.
Saat ku kenal dekat dengan seseorang
yang sekarang ku suka, ku sangat bersyukur. Karena mama ingin ku bisa memiliki
suami yang bisa ngaji dan tahu agama. Walau ku tak tahu siapa jodohku dan
apakah dia jodohku(ku harap begitu), mengenal dekat seseorang yang sekarang
namanya di hatiku saja sudah bersyukur. Hanya do’a dan ikhtiar, serta takdir
untuk sampai hajatku terwujud. Sujud dan syukurku Yaa Robb…. Yang telah
memberikan ruh dan kehidupan ini kepada hamba, lika-liku, suka duka, semua
adalah skenario yang luar biasa dan terdapat hikmah di dalamnya.
Awal semester 6 adalah awal kisah
baruku, dari masa ke masa sudah terlewati, sepulang kuliah beberapa hari yang
lalu, seperti biasa aku dan kawan-kawan ngerjakan tugas kuliah di kampus,
kemudian makan siang dan sholat di masjid PLN. “ifah…ikut kita makan yuu,,,
habis itu ke mesjid PLN seperti biasanya.” Ajak Elly. “emmmm… maaf kawan,
uangku tidak cukup, hanya 7 ribu, tadi bayar modul” jawabku, “tidak apa
ifaaahh,,,, nanti kami tambahin yang kurangnya,,yaaa??” jawab Ima. Lama ku
berpikir, kemudian ditarik Elly lenganku. “iyyyaaaa….iyaa…ku ikut “ jawabku
sambil senyum paling manis sedunia hahaa…makan soto lamongan itu menyenangkan
bersama sahabat seperti mereka. Soto lamongan menjadi ciri khas makanan favorit
kami karena murah meriah pas dengan kantong kami. hehehe
Setelah makan selesai, isi mangkuknya pun kosong,
kami ngumpulin uang di atas meja. Ku keluarkan uang lima ribuan dan dua ribuan.
Elly dengan 50 ribuan , Ima dengan 20 ribuan. Heheee.. kamipun tertawa melihat
nominal-nominal uang tersebut. Akhirnya Elly yang bayarin, aku dan Ima
nyerahkan uang ke Elly. Saat Elly bayar ke depan. Tiba-tiba Ima bersuara,
“ifah…gak ada uang lagikan di dompet???” Tanya Ima dengan ekspresi sedih, aku
jadi gak enak. “i…iiyaa..ima” dengan nada terbata-bata. Terlihat olehku Ima
mengeluarkan uang 10 ribuan, dan menyerahkan ke aku. “aa… jangan Ima, simpan
saja, jangan gitu, rumahku gak jauh ko, nanti juga gajian.” Sahutku. “ambil
saja, toh,, dulu ku juga ada hutang 10ribu kan?? Takut kenapa-kenapa dijalan,
entah bocor ban atau ada apa kek. Yah?? Ambil aja ifaaah..” kali ini Ima
mengancam ada bahaya diperjalanan pulangku, hedeeehh.. akhirnya ku terima.
“tapiii…Ima?? Ku juga ada hutang 6 ribu” tanyaku “ga papa… nanti ketika gajian
aja yaa? Yang penting ada saku dulu buat pulang ke rumah, lumayan jauh rumah
kamu itu dari Loktabat” jawab Ima. Dalam hatiku terharu, baik sekali Ima ini.
Rasanya pengen nangis dan pengen memeluk sahabatku itu saking terharunya, “terima
kasih Imaa..”. walau uang saku yang diberikan ortuku berkisar 10 ribu perhari,
aku tetap bisa bertahan, karena ada Allah swt selalu. Alhamdulillah di semester
6 ini uang saku yang diberikan naik menjadi 15 ribu per hari.. hoohoo..
sahabatku Ima dan Elly memang dekat dan kenal aku, sehingga mereka mengerti
keadaanku, mereka juga sahabat curhatku. Rangkaian demi rangkaian cerita
menjadi satu, kini usiaku mendekati 21 tahun, cukup besar angkanya. Keluarga, Sahabat,
teman, dan lain-lain sudah mewarnai hariku. Sujud dan syukurku pada Allah swt.
“ifah… rugiii lhooh gak ikut matkul
bhs Arab tadi, dosennya lulusan Al-Azhar Cairo Mesir, asli mtp jg, pernh ngajar
di Malaysia, lulusan S2 iain Jkt jg,,,pernah jadi Assisten Yayasan Universitas
di Jambi, ayooo ikuutin matkulnya …dosennya masih muda lohh hehee???” itu
adalah isi sms dari Ima, “waahh..luar biasa??? Tapi dekan nyuruh gak ngmbil,
coz udah 10 sks matkul pilihan yg ku ambil, jadi gak ngmbil lagi matkul plhan
bhs arb itu. Pengeeeeeennn bgt ikut belajar, tapii,, udah 10 sks, Ima kan baru
7 sks” balasan smsku. “ya sudah,,, oh iya nanti ada pngajian kata dosen bhs arb
tadi di kmpus, perlu bgt dehh siraman rohani” balasan Ima. “waaaahhh??? Yg
bener?? Ikuuutaaaannn.. aku jg mau ikut, kabari aku yaaa??” balasku lagi.
“iyyaaa…sep” balasan Ima.
“heyyy…. Ifah, gak masuk matkul
bapak Arif??? Kan kamu yang dipercaya beliau pegang absen kelas??” Tanya teman
seraya duduk disebelah kananku,
“iiyyaaa.. gak jadi ngambil, pak dekan nyarankan gak ngambil, udah 10 sks”
jawabku sambil memandang ke depan, “yaaahhh..sayang banget yaaa… trus gimana
dunk absen siapa yang pegang?? Kamu paling jujur” Tanya teman lagi. “gak
tahu,,, aku juga galau” jawabku tertunduk.
Sehari setelahnya, tubuhku merasa
sangat lelah, yaa… tentu ini dampaknya dari pulang jam 2 siang (padahal jam
kuliah berakhir jam 12 siang) kemudian
berangkat jam 3 siang untuk kerja, di tempat kerja nerusin ngerjain tugas
kuliah setelah bersih-bersih toko (ngelap,
nyapu, ngepel) heheeehehe, ditambah lagi harus nyiapin bahan untuk
membimbing anak sd binaanku di toko. Sungguh perjuangan yang tidak mudah.
Di kuliah , “fah.. udah ngambil
kartu UTS ?” Tanya Rahmi, “belum, ini mau ngambil”. Masuk ruang administrasi
fkip, terlihat olehku berjubel mahasiswa sedang menukarkan kwitansi spp dengan
kartu uts. Ketika giliranku, “ada kwitansi sumbangan mahasiswa???” Tanya
bapaknya. “em? Tidak ada, emang ada ya Pak??” tanyaku. “waah,, tidak melihat
surat edaran ya di papan depan??” Tanya beliau lagi. “tidak, besok saja ya Pak
bayarnya. Bolehkah sekarang ngambil kartunya??” tanyaku. “tidak boleh, harus
bayar sumbangan 30 ribu dulu.” Dengan ekspresi sedih ku kembali ke ruang
kuliah, dan ternyata kawan-kawan juga dibingungkan dengan prosedur administrasi yang saat ini
berlaku. Ku lihat dompetku hanya 20 ribu hahaaha… “naahh ifah galau ya?”Tanya
Elly. “tidaakk…hahaa…hanya lagi berpikir gimana caranya agar nih dompet nambah
duitnya jadi 30 ribu besok,ahaaha, senin kan udah mulai UTS huhuuu..masa ku gak
ikut ujian, ini tanggal tua.” Sahutku sambil tertawa. “minta sama ortu,” kata
Elly. Ku hanya geleng-geleng. “atau ambil aja tabunganmu di bni” sahut Elly
lagi. “waahh..itu buat biaya di akhir kuliah nanti” jawabku dengan nada sedih
yang dibuat-buat. “Ohhhh para pemimpin.. dengarkah dan tahukah kalian dengan
rakyat kalian iniiiii…” kataku berpuisi dengan nada alay. “hedeeeeeehhhh…”
sahut Elly. Rahmi tertawa melihat tingkahku yang aneh. Alhamdulillah bisa ikut
ujian.
Beberapa saat setelah UTS berakhir,
aku diam di kelas,, pagi itu jam pertama kuliah lagi tidak masuk dosennya, ku
sapu pandang di kelas, hmm.. kicauan teman-teman menggema, aku hari itu lagi
pengen diam, tap..tap..tap.. suara langkah kakiku menuju teras kelas menemui sahabat-sahabat
yang sedang duduk canda tawa, “ehh… tahu gak ini ifit ada yang baruuu nih
yeeee..” sindir Rahmi. Lima sahabat ku tertawa, hanya aku yang diam. Dan
bla..blaa..bla… canda tawa mereka menghiasi suasana di kampus. Terkadang mereka
memandang ke arahku saat tertawa karena hanya aku yang tidak tertawa (mereka
merasa ada yang aneh dan beda dari diriku), ku balas dengan senyum. Walau
sebenarnya aku sedang berpikir, bagaimana mengubah atmosfer perilaku dan budaya
di kampus ini. Teringatku akan sebuah motivasi tentang berperilaku yang sesuai
dengan Syariat. Membuatku ingin berubah, dan memperbaiki diri, apalagi sebagai
calon guru SD yang sangat bahkan ku anggap wajib menjadi pribadi yang utuh
sesuai syariat, karena menjadi teladan (digugu dan ditiru) kata teori yang
pernah kubaca. Okehh..lanjut ke cerita di kampus tadi, kira-kira setengah jam
berdiri menyaksikan aksi lucu sahabat-sahabat aku berjalan lagi ke dalam kelas
untuk baca-baca, terlihat dua orang teman di sampingku sedang serius membaca
buku, sangat senang ku melihatnya. Aku prihatin terhadap rekan-rekan karena
nasib status akreditasi prodi yang sedang ku emban ini.
Satu minggu kemudian, aku tekadkan
dalam hati, aku menggunakan jilbab yang lebih panjang dari sebelumnya, pakai
celana panjang di dalam rok panjang, biar bersepeda motor tidak kelihatan aurat
betis/kaki saat lagi berhenti atau ngerem. Beli lapisan penutup lengan yang
sampai telapak tangan, bela-belain nyari ke pasar, singgah ke Rabbani nyari
kaos kaki yang panjang, jilbab yang panjang warna putih bersih. Di tengah
perjalanan mencari barang yang diperlukan sepanjang itu juga ku senyum-senyum dan
ada rasa plong karena nikmat dan hidayah dari Allah SWT begitu terasa. Alhasil,
tibanya di kampus dengan pakaian yang beda dari sebelumnya (hijrah), seperti
biasa dengan riang gembira ku berjalan menuju
gedung kampus. GLEK! Ku dikagetkan dengan Kawan-kawan yang sudah duduk
di bangku berderet seraya memandangku dengan ekspresi kaget dan bingung.
Hahaa.. aku hanya bergumam dalam hati dari kejauhan “kira-kira apa yaa respon
mereka???”. Campur aduk deh pikiranku saat itu hohoho.. sesampainya kurang
lebih satu meter dari mereka, ku kembangkan senyum yang paling manis.
“Waaaaa…Assalamu’alaikuuum….Ustadzaah!!” sapa salah seorang kawan (gadis juga).
FIUH..! syukur deh responnya positif, ini panggilan rutin dari dulu oleh
kawan-kawan. Ku salami satu per satu mereka. Tapi yang tidak biasa adalah
ekspresi mereka yang sangat ceria ketika menyambut perubahan penampilanku.
Subhanallaah. Berarti perlu istiqomah. Tidak hanya dari penampilan, namun juga
dari pikiran, perkataan, dan perbuatan yang harus sinkron dengan hijrahnya si
aku ini. Besoknya, ketika duduk-duduk ngumpul dengan sahabat-sahabat di kampus,
“Ifah, kamu jadi seorang ‘Ukhti’ beneran. Jilbabnya caranya berjilbab pian
bagus, seperti Ukhti-ukhti.” Kata Elly
yang memecah keheningan di pagi itu dengan senyum dia menatapku, ku balas
senyumnya, “alhamdulillaah.. aamiiin,, terima kasiih yaa El.” Tiba-tiba
sahabatku Rahmi menyahut, “wah.. dari dulu kok si Ifah gitu.” “ah..masa???!
tapi auranya Latifah beda sekarang dari sebelumnya, atau hanya aku ya yang
merasa??, Latifah aura pian beda, lebih Ukhti.” Sahut Elly lagi kali ini
ekspresinya lebih bersemangat, Aku hanya senyum karena melihat lucu tingkah
sahabatku ini. Rahmi juga senyum setelah mendengarkan penjelasan Elly.
Sahabatku Elly ini gadis yang ceria, energik, periang, penyayang, perhatian.
Makanya, dia yang sering membuat kami ikut riang, karena ketularan gayanya yang
optimistis dan energik.
Sepekan kemudian aku dan sahabatku
mau ketemuan nih ceritanya dengan teman yang lama tidak bertemu, yap! Kak
Raudhah, beliau dan aku ada janji ketemu+kenalan dengan Murobbiyah yang
dicarikan kak Raudhah, untuk belajar ilmu agama Islam dengan mengikuti halaqoh
Tarbiyah. Perlu dan sangat perlu pembinaan jiwa dan rohani. jam 12 siangku dan
Ima lagi memprint nih di Komet sambil nunggu adzan zuhur, muter-muter nyari
tempat ketemuannya, hehe akhirnya disepakati di rumah makan Sari Alam atas
permintaan Mba Murobbiyahnya. Pertemuan saat itu adalah awal dari perubahan
hijrah ku dan sahabatku Ima, awal dari cara pandang, awal dari cara
berperilaku, awal dari kehidupanku yang baru dari masa lalu yang harus ku
bilang “DAAAAHH..” ya! Daaadaah dari
kelakuan yang bisa dibilang masih ababil (ABG LABIL). Harus HIJRAH!. Dengan
semangat dan keyakinan dari dalam diri, ku mulai dengan Bismillaah.. bersama
Sahabat setiaku Ima.
Saat menikmati makanan yang disajikan di rumah makan
itu, kami saling kenalan, dan bla bla bla.. “berawal dari sesama penggemar buku
yaa kalian akhirnya bertemu“ kata Murobbiyahnya, namanya Mba Kansha yang juga Seorang Dokter.
Kami ketawa kecil, sambil senyum-senyum. “Subhanallah.. nanti kalau untuk laki-laki
juga bisa Liqonya biar digabung aja ya, bisa aja kok Suami saya yang bimbing,
atau memutiki Ustadz di jalan juga bisa kok, saking banyaknya kenalan seorang
Ustadz. Jadi tenang aja kalian.” Kata
Mba Kansha lagi sambil bergurau, “iyaa..iyaa..suami Mbanya Seorang Ustadz, jadi
bisa juga kok” sahut Kak Raudhah. Ku bergumam dalam hati “wah luar biasa,, sepasang suami istri yang klop,,sevisi dan semisi.” tak hentinya aku terkagum-kagum dengan
beliau dan Kak Raudhah. “di sini saya bukan berarti lebih tahu, tapi hanya
lebih tua aja,hehe jadi kita bersama memperbaiki diri yaaa??” kata
Murobbiyahnya, ku jawab dengan anggukan optimis.
“Nurul, jaga
toko obat milik Dokter siapa??” Tanya Mbanya lagi, “ em.. lupa nama suaminya,
kalau Ibunya ingat, Bu Ratna, suami beliau Dokter Spesialis Anestesi” jelasku.
“Oh.. Pak Renata????” Tanya Mbanya dengan antusias. Aku angguk-angguk. “kalau
Dokter Iqbal?? Dokter bedah, Pasti kenal juga??” tanyaku. “iyaa.. sesama dokter
di RS Bjb, beliau Bedah Tulang, kenal di mana?”. “pernah ke rumah beliau
membimbing anak-anak beliau aja dulu, tapi sekarang gak.” jawabku. “wahh..
subhanallah, kuliah sambil kerja, jadi mereka ini memang gak pernah jalan-jalan
keluyuran, makanya gak tahu jalan, atau tempat-tempat rumah makan atau yang
lainnya, soalnya ya sepulang kuliah langsung jaga toko.heheehe ” sahut Kak
Raudhah.
Aku dan Ima jadi malu. Hehehee,,, soalnya kami saat
diajak ketemuan di Intan Sari itu gak tahu alamatnya, di Lombok Ijo yang kata
Kak Raudhah dekat pasar Bjb juga gak tahu yang ada malah kami ngiranya
bercandaan aja kak Raudhahnya, gini kata Ima “hehee.. Fah, lombok hijau tu
memang adanya di pasar kan??? Ahaha..kakanya bercanda nihh saking
bingungnya memastikan tempat
pertemuannya karena kita gak tahu tempatnya.” Aku dan Ima cekikikan saja di
jalan sambil muter-muter di sekitar Pusda Bjb. “hahaha…ya iya lah di pasar
kalau lombok hijau tu.. tapi kayaknya emang ada nama rumah makan Lombok Ijo
soalnya isi sms kak Raudhah huruf awalnya kapital nih ‘Lombok Ijo’.” Sahutku
seraya memandang layar HPnya Ima. Akhirnya sepakat ngumpul di depan Pusda Bjb,,
agar sama tahu alamatnya.
Benar-benar awal semester yang
sangat berkesan, seakan merekah dan semerbak mewangi nikmat yang diberikan
Allah SWT. “Fa bi ayyi aalaa-I robbikumaa tukadzdzibaan (maka nikmat Tuhanmu yang manakah
yang kamu ingkari?”
Kutipan ayat dari Surah
Ar-Rahman itu mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dengan yang sudah dan
sekarang yang didapat, dan tetap bersemangat untuk menjalani kehidupan, karena
sungguh nikmat yang diberi Allah SWT tidak dapat terhingga bahkan tidak dapat
cukup semua air laut jika dijadikan tinta untuk menuliskan semua nikmat yang
diberikan itu. ^_^ subhanallaah……… mengenal sahabat-sahabat yang luar biasa,
pengalaman yang suka duka jatuh bangun, sampai pada proses perubahan ini,
benar-benar syukur alhamdulillaah. Cobaan ataupun ujian telah membelajarkanku.
Juga seseorang yang sudah banyak membuatku terinspirasi, dia yang
menginspirasiku untuk selalu memperbaiki diri dan dakwah dijadikan bagian dari
hidup. Subhanallah.
Semoga bermanfaat….^^^^ walau hanya sebesar biji sawi ^__^