Jumat, 10 Februari 2012

URGENSINYA SANG “EKSISTENSI” DI KEHIDUPAN MANUSIA


Bismillaahirrohmaanirrohiim……
Akhirnya bisa posting lagi setelah berdiam diri di dalam relung buku-buku reverensi…. Hahaaa, setelah fokus dengan Final Test semester ganjil, saya sekarang kembali berimajinasi dengan jutaan kata-kata (sepertinya setiap kalimat yang saya tulis selalu bersifat berlebihan[baca: hiperbol]  atau lebay ya?? Itu karena saya senang berimajinasi dan linguistic serta intrapersonal banget[baca: 8 kecerdasan manusia menurut DR.Howard Gardner) …saya harap pembaca dapat memaklumi ^_^
Pertama, saya akan mengajak Anda memutar ingatan ketika masih sekolah, yang paling berkesan misalnya di SD. Pengalaman  apa saja di sekolah yang membuat Anda paling bahagia ketika masih SD dan itu merupakan hal yang masih melekat kuat di ingatan Anda ??? pasti di antara kalian tidak sedikit menjawab tentang hal yang membuat Anda dipuji orang [prestasi]. Prestasi bukan hanya di bidang akademik, tapi kepribadian; menolong sesama, menjadi kepercayaan guru, menyenangkan hati orang tua dan orang lain, dsb.  Yang paling berpengaruh adalah saat kita sebagai manusia pernah diakui manusia yang lain sebagai manusia/orang. Contoh: pengakuan keberadaan, pengakuan semua yang dikerjakan, dan tentu dihargai. Di SD, siswa yang pernah menjadi kepercayaan teman-teman sekelas untuk memimpin kelas, memimpin do’a, memimpin berbaris, maupun memimpin upacara dan sebagainya akan lebih memiliki pengalaman memori jangka panjang karena kesan-kesan yang terlukis di masa lalu memiliki bobot pengaruh luar biasa bagi catatan hidup seseorang yang tertulis di pikirannya bahwa “SAYA DIAKUI A-DA”.
Seandainya saja kita tidak dianggap ada, semua teman maupun kerabat menjauh karena sesuatu, apa yang Anda rasakan ??? semua kegiatan yang kita lakukan tidak dihargai sedikitpun, semua perkataan diabaikan orang, semua permohonan maupun keinginan selalu ditolak, pasti ada rasa tekanan batin yang luar biasa. Coba Anda bayangkan dan rasakan seolah-olah Anda berada di dunia seperti itu [baca: dunia individualisme], pejamkan mata sejenak untuk mengimajinasikannya, kemudian apa yang biasanya Anda lakukan jika terjepit di situasi seperti itu?? bandingkan dengan apa yang seharusnya Anda lakukan dalam mencari solusinya??. (ya ya ya akhirnya udah gak hiperbol lagi kalimat yang saya rangkai hehehee…)
Okeeee…. Sedikit pemanasan tadi, emmm sebenarnya saya di sini mau menulis seluas-luasnya selama inajinasi masih jalan hahhaa karena hobi ini selalu melekat dari kecil ^_^. Kita belum sampai pada inti dari topik di atas, jadi saya lanjutkan dehh….(akibat kesendirian jadi sedikit aneh saya hehe biar yang baca gak terlalu tegang)..
Kedua, saya akan mulai membukakan setitik cahaya ‘apa sih maksud dari topik ini’. Dunia yang semakin berkembang kontennya akan mengubah perkembangan kehidupan dan manusia, entah itu dari segi sosial, cultural, pendidikan, ekonomi, gaya hidup, dan sebagainya. Eksistensi manusia atau sebuah pengakuan keberadaan manusia ini ternyata sangat menarik untuk diobservasi (hahaa) mengingat kata eksistensi ini selalu menempel pada diri kita; selalu. Nahhh inilah yang membuat manusia sekarang sangat kecanduan dengan berbagai situs jejaring sosial, di sini saya akan membahas dunianya Facebook bagi manusia.  Kenapa?? Karena banyak factor, setelah beberapa hari saya tanyakan kepada kawan-kawan, responnya sangat mengejutkan saya, ada beberapa yang mengatakan karena kesepian, lewat FB ini dia merasa segala sesuatu dapat di share dan berharap ada orang yang juga ikut merasakan yang dirasa, berharap dihargai eksistensinya, berharap mendapat perhatian dan kasih sayang dari kerabat dengan jarak  geografis yang seakan tidak ada batasnya, penghargaan atau reward of eksistensi ini sangat mendarahdaging, kenapa kita ada?? Kenapa kita ada sebagai sosok seperti ini?? Begtulah pertanyaan setiap manusia di alam pikirannya, sehingga dengan cara apapun dia berusaha untuk memiliki penghargaan eksistensi, segala sesuatu yang dilakukan merasa ingin dihargai keberadaannya. Dengan adanya pengakuan dan penghargaan ini, maka kehidupan manusia serasa bermakna dan hidup, tanpa diakui kita tidak akan merasa ada di tengah-tengah mereka. Saya menulis ini bukan karena ada tugas mata kuliah tentang manusia atau pendidikan hehee tapi sedikit membagi hasil dari pengamatan yang selama ini saya lakukan, berawal dari teman-teman yang heran kok kenapa saya tidak pernah muncul di akun FB, walaupun membuat akun, sampai akhirnya salah satu dosen menyuruh untuk menggunakan FB, kata beliau agar tidak ketinggalan jaman hohoo yang semakin membuat saya ingin melaksanakan misi ini: misi pengamatan tentang dunia maya si FB, apa gerangan yang membuat teman-teman dan orang-orang sangat menyenangi dan ketergantungan, saya beraksi layaknya pengguna akun FB, majangin tulisan yang ada kaitannya dengan kondisi diri padahal hanya iseng saya, saya juga menulusuri berbagai dinding kawan-kawan, apa sihh yang sering mereka share, SANGAT kaget dan terpana saya haahahaaa karena yang paling banyak dan sering dibagi adalah kondisi batin, akhirnya saya juga ikutan untuk mengetahui bagaimana reaksi yang lain, hahaaa ternyata di sana mereka sangat memerlukan perhatian dari orang-orang terdekat. Pantas saja dosen saya pernah bilang bahwa manusia sekarang terlihat autis tapi eksis (maksudnya asyik dengan gadgetnya masing-masing padahal sedang kumpul dengan teman-teman di sebuah ruang atau malah satu meja makan, namun kenyataan malah asyik sendiri dengan gadgetnya, sehingga perkumpulanpun terasa hening tapi eksis di dunia maya), ada ada saja gaya hidup sekarang. ^_^ karena itu merupakan kebutuhan manusia: adanya eksistensi.
Ketiga, saya ingin berbagi solusi dan saran. Di tengah kehidupan globalisasi ini, kita tentu dapat menerima dampak positif dan negatifnya, positif: kita dapat berinteraksi secara cepat, memeroleh informasi dari belahan bumi secara cepat dan actual, dan sebagainya. Negative : tak dapat tidak, pasti budaya luar juga ikut mengglobal, hanya diri sendiri yang dapat memilahnya mana untuk sekedar mengetahui dan mana yang diserap untuk kepentingan bersama, jadi teringat materi yang pernah disampaikan dosen, yaitu ada sebuah kalimat yang bagus: “GLOBAL THINK, LOCAL ACT” artinya tetap berwawasan global, namun berkelakuan lokal dengan tanpa membunuh jati diri bangsa sesuai falsafah negara. ^_^ seneeennngg saya dengan dua maksud tersebut. Semoga ini dapat membuat kita semakin berpikir maju, bahwa di luar sana ada berbagai informasi dan pengetahuan yang terus berkembang, janganlah berpikiran sempit yang memandang itu buruk bagi kita, justru itu dapat membuat kita sambil belajar untuk terus maju melangkah dengan prinsip Global think, local act tadi ^_^ insya Allah barokah hidup yang kita jalani demi sesama… amiiien…