Selasa, 15 Mei 2012

Haus


Betapa risaunya saat pikiran dan rasa sedang dihadapi dengan gumpalan masalah, yahh.. gumpalan masalah yang terlilit menjadi satu , menggumpal, dan terus menumpuk.  Ingin rasanya ku teriak sekuat-kuatnya di atas puncak. “aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrgggggghhh…………..!!!”. Tentu dengan ekspresi yang wah banget. Ku berdiri, menatap ke depan, ku sapu pandangan sekitar, menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, kemudian ku teriak di puncak tersebut, suaranya menggema dan menghilang perlahan. Ku pejamkan mata, dan mengulang teriakkan sampai ku merasa lepas dan plong. Tangisku tumpah, membasahi pipi hingga ku lepaskan beban pikiran yang selama ini menjejali hari-hari, menyesakkan dan menyeretku ke dalam lubang kuasa perasaan kalut. Tertatih dan terus terseret sampai ku merasakan depresi berat. Suasana lingkungan yang sangat tidak mendukungku. Orang-orang sekitar yang malah membuatku semakin stress—broken home. Ditambah lagi dengan broken hearth. Hufh.. yah kehilangan seseorang yang sangat menjadi inspirasiku—boyfriend. Apalah daya, ku hanya manusia biasa yang tidak dapat lepas dari pusaran cobaan. Ku percaya Tuhan membuat skenario hidupku agar menjadi hamba-NYA yang semakin taqwa. Rentetan cobaan itu terus membayangi hariku; broken home, broken hearth, bahkan baru-baru ini ada cobaan terbaru; kehilangan kepercayaan sahabat. Mereka juga malah menambah daftar cobaan, betapaku sangat risau dan galau. Saatku sangat memerlukan ada yang mau menemani; teman-teman, malah mereka menjauhiku karena kesalahpahaman. Sangat membuatku sesak dan galau tingkat galaksi. Kemana lagi ku berbagi selain pada-MU yaa Robb ?????.
Menangis tidak akan membuat situasi berubah menjadi surga impian, malah semakin larut dalam relung kegalauan. Kecengenganku ini bukanlah suatu prestasi, tapi kelemahan. Ku berharap ada lomba menangis paling galau sedunia haa…haa..haa… hedeehh.. impossible. Hampir setiap hari ku ditemani tangisan walaupun tidak seperti bayi nangisnya—hanya aku dan Tuhan yang tahu aku menangis. Entah di rumah atau di jalan saat berkendaraan atau pernah juga saatku di kampus atau perpustakaan daerah, hemmmm.. ko dimana-mana nangis ??? yahh.. jawabnya aku tidak menangis seperti tangis biasanya, tapi hanya sekilas, misalnya mataku berkaca-kaca (haa..haa..mata ko bisa ngaca yaa??? ^_^) jika mengingat momen yang membuatku pernah bahagia—suka cita/duka cita bersama someone. Hihiiihi..cengeng banget saya ya.. semoga someone tersebut bisa mendengarkan cerita ini dan semoga ia bahagia dengan hidupnya sekarang yang sudah tidak ada masuk ke dalam kehidupanku lagi. Apapun keputusanmu, aku mencoba ikhlas dan lapang. Do’akan saja aku semoga kuat menghadapi ini. Jangan lupakan aku, walau sekarang kau sudah bersama wanita baru. Semoga kesalahpahaman dulu dapat terungkap dan membuka hatimu.
Haus sekali, yah..aku haus akan kasih sayang dari kerabat-kerabat, terutama keluarga. Aku yang sekarang banyak dinilai berbeda dari sebelum putus dengan si dia. Aku yang sekarang lebih sensi-an, lebih mudah marah, dan tidak mau mendengarkan masukan orang. Aku yang sekarang memandang dunia ini sangat berubah, padahal sesungguhnya akulah yang berubah, bukan dunia ini. Andai saja ku bisa menerima lebih cepat kenyataan ini, mungkin tidak akan selarut ini kesedihanku. Hari-hari ku isi dengan kesibukkan; kerja setelah pulang dari kuliah, mengerjakan tugas dengan kawan-kawan, atau main-main dengan anak kucing tetangga, lebih menyibukkan diri membersihkan rumah saat hari minggu/libur, menulis. Bahkan ortuku sempat kesal karena ku keasyikan menulis di NB, sedangkan kerjaan di rumah belum dilaksanakan. Dimarahi panjang sekali kayak kereta api, sampai setengah jam, yaa kepalaku ini jadi semakin kacau saat seperti itu, ku hanya bisa diam dan mendengarkan ortu. Sampai akhirnya ku sangat sakit kepala/pusing. Ku hanya ingin hiburan sehingga ku sering menambah kebiasaan menulis itu dan menyepelekan tugas rumah. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaan lewat tulisan, karena tidak ada teman/seseorang yang mendengarkanku, betapa sesaknya pikiran jika tidak dikelurkan lewat sharing. Ku hanya ingin rasa kasih sayang dan perhatian dari orang-orang yang ku cintai. Ku ingin dimengerti, ku juga perlu wahana untuk menyampaikan perasaan ini. Ku perlu orang yang mau mendengarkan cerita ini. Sehingga ku sering menghabiskan waktu dengan menulis jika ada waktu kosong.