Rabu, 21 Maret 2012

Habitnya mahasiswa



Ini adalah…..
Sebuah kisah nyata tapi tidak disadari…….
Satu lagi fenomena dunia pendidikan Indonesia……
Sebuah fenomena yang sangat memprihatinkan…
Yaaa sangat prihatin saya dengan fenomena ini….
Maha-siswa yang diharapkan masyarakat untuk membangun negara yang lebih baik lagi, mahasiswa yang ditunggu-tunggu untuk menjadi generasi terbaik, ternyata sudah minim kepribadian sebelum memasuki dunia kerja.
Apa yang salah???? Siapa yang semestinya disalahkan????? Mari kita bersama merenunginya…..
Kita tidak dapat menyalahkan orang lain….. hanya kesadaran diri sendiri yang dapat membangun kepribadian, hati yang putih nan suci dapat meluluhkan bobroknya kepribadian manusia. Di tahun 2012 ini saya menuliskan sebuah kisah nyata di sekitar kita, bulan Pebruari tepatnya tanggal 26. Kisah ini bertujuan untuk membuka mata hati kita akan pentingnya arti “kepribadian”.
Selamat membaca……….
The History of My Diary -------

_HABITNYA MAHASISWA_
            Saya adalah mahasiswi FKIP PGSD jurusan Ilmu Pendidikan semester IV di salah satu Universitas Swasta di Kalimantan Selatan, Indonesia tercinta. Perguruan Tinggi Negeri gak saya masuki karena gak cukup biaya pangkalnya, ortu saya hanya memiliki uang tabungan pendidikan untuk saya berkisar tiga jutaan, sedangkan biaya pangkal PTN tersebut berkisar lima sampai sepuluh jutaan, belum lagi uang pendaftarannya yang mencapai 200ribu, padahal belum tentu diterima kan?? Sedangan PTS biaya pendaftarannya hanya 100ribu, apa gak terbalik yaaa????? Ko PTN lebih mahal daripada PTS ???!!! padahal dalam UU anggaran negara, anggaran pendidikan 20% dari dana APBN. saya maklumi karena PGSD PTN tersebut jalur Mandiri dikhususkan, wah wahh.. ko pendidikan sekarang biayanya mahal sekaleee,, beginilah sekolah atau PT dijadikan BISNIS untuk mempercantik fasilitasnya, hanya orang-orang tertentu saja yang dapat masuk. Itupun harus disaring lagi, siapa yang pintar, banyak duit dapat memasuki PTN tersebut. Hal ini sangat bertentangan dengan MIS. Sebuah buku tentang pendidikan yang mengatakan bahwa setiap manusia layak memiliki kesempatan pendidikan, tidak pilih-pilih, dikatakan sekolah atau PT UNGGUL karena hanya disaring orang-orang yang pintar, berarti tidak dapat berusaha membuat perubahan terhadap tingkah laku calon siswa ataupun mahasiswa, sekolah ataupun PT diciptakan sebenarnya bertujuan untuk seluruh manusia yang berhak menerima layanan pendidikan, untuk membentuk manusia dewasa berbudi pekerti luhur, mengembangkan bakat, minat, kecerdasannya, dan kepribadiannya. Namun, pada kenyataannya pendidikan di Indonesia tidak seperti itu, semua memakai sistem saring dan pilih-pilih, yaahh.. dipilah pilih.. karena terlalu banyak yang mendaftar katanya, kita kudu belajar dengan negara yang menomorsatukan pendidikan, seperti Singapura dan Malaysia. Huuuh panjang sekali kalau saya membahas masalah pendidikan. Okee lanjuutt dehh… Saya anak pertama dari tiga bersaudara, berasal dari keluarga yang sederhana, saya bukan anak pejabat atau konglomerat ataupun pengusaha atau PNS, saya gak juga menuntut orangtua dari darah biru, darah saya kan merah?? Hehee.. orangtua saya bekerja sebagai buruh parkir di pasar, saya sangat sayang pada kedua orangtua, mereka yang membesarkan saya hingga sekarang, mereka yang mendidik saya, mengajarkan tentang agama dan sebagainya, mereka yang banting tulang membiayai sekolah saya dan adik-adik. Cita-cita yang mendorong saya menjadi seorang guru, semenjak duduk di Sekolah Dasar kelas III. Saya tidak ada cita-cita menjadi presiden, hehee karena pasti membuat kepala pusing mengurus negara. Saya berimajinasi menjadi guru SD dengan mengajak teman-teman dan adik-adik menjadi siswanya, ini berlangsung di rumah pada jam bermain saya. Saya bermain-main dengan papan tulis kapur berukuran 60cmx40cm yang dibelikan ayah untuk memudahkan anak-anaknya belajar berhitung(ayaaahh…terima kasih banyak sudah memperhatikan kami…~_~) dan beberapa buku bacaan untuk menjadi pegangan mengajar. Teman-teman dan adik-adik mengikuti dengan senang hati, bermain peran ini membuat kami sangat menyenanginya, saya hanya mengajarkan baca tulis dan berhitung pada siswa pura-puraannya. Walau terkadang ada kesalnya saat adik-adik tidak menuruti kemauan saya. Wajar saja itu masa kanak-kanak, cita-cita yang terukir sedari kecil. Sampai akhirnya saya sekarang dapat memiliki kesempatan menuntut ilmu di bidang Ilmu Pendidikan berkat Allah swt.
            Pertama saya memasuki jurusan ini sangat senang karena teman-teman yang memiliki cita-cita sama. Masa kuliah sangat berbeda dengan masa SMA/sederajat, ini yang membuat saya harus beradaptasi dengan sebaiknya.
            Tahun 2010 bulan September, saya memulai kuliah. Benar-benar bahagia, dunia mahasiswa itu sangat berbeda dengan dunia siswa, mulai dari buku catatan yang simpel, tas yang simpel, pakaian gak bebas pantas kayak fakultas lain ko karena FKIP berseragam putih hitam, jam kuliah yang gak terlalu padat kayak di sekolahan, satu minggu empat hari kuliah, sisa hari lain digunakan pulkam oleh teman-teman yang dari luar daerah, atau digunakan untuk kerja. Buku-buku referensi yang mahal dan tebal serta dengan bahasa yang berat heheee.. peraturan perkuliahan setiap dosen itu unik atau berbeda, sehingga mahasiswa perlu siap beradaptasi dengan setiap dosen tanpa rasa keberatan. Pola sosial yang berbeda dengan sekolah, kalau di kuliah, saya merasa orang-orangnya individualis ; setiap datang dan pergi gak terlalu banyak ngobrol dengan mahasiswa lain(gak terlalu tahu namanya). SPP juga lebih mahal dari sekolah saya dulu aheheee.. kalau sekolah MA saya dulu sebulannya hanya 35 ribu. Murah dan berberkah ilmunya ^_^ . sistem ujian juga berbeda, ada MID test dan FINAL test, ada juga Quiz dan Praktik. Jam belajar di rumah lebih banyak waktu luangnya,  tapi tugasnya WoOww padat sekaleee…. Hehhehe, nah itulah saat sibuknya menjadi mahasiswa, saat mendapat tugas yang berbarengan dengan tugas mata kuliah lain dan dikumpul hanya dalam waktu seminggu.. ohohohooo..stres dehh. Ya gak???? ^_^ belum lagi jika tidak ada media seperti komputer, kudu berjuang ke rental pengetikan. Perjuangan banget bagi saya di tahun pertama kuliah. Belum lagi jarak tempuh yang lumayan jauh berpuluh-puluh kilo menuju kampus. Syukur juga saya punya SIM C hehee.. dan sepeda motor , walau nyicil hehee.. daripada pakai taksi yang juga ngeluarin biaya, sama saja kata ortu saya. Apalagi ayah saya yang memperhitungkan sekali perbandingan biaya antara pakai taksi dan sepeda motor sendiri hehee maklum saja beliau lulusan sarjana ekonomi jurusan administrasi niaga di PTS Bina Banua Banjarmasin, sebelumnya D-3 ekonomi di Unlam, karena tidak ada program sarjana di unlam jaman dulu, sehingga ayah melanjutkan sarjana di PTS. Beliau seorang ahli ekonom keluarga kami bagi saya hehee,, ayah juga merasakan adanya permainan uang saat hendak melamar kerja di salah satu Bank di Indonesia, lulus pada sepuluh besar dari ratusan peserta, saya ajungkan jempol pada ayah dehh^_^ tapi takdir berkata lain, saat tes ke luar daerah(ke Jawa) bagi sepuluh peserta tersebut, ayah tidak punya biaya, karena biayanya jutaan. Akhirnya ayah mengundurkan diri karena tidak ada biaya berkisar jutaan tersebut tidak dapat melanjutkan tes. Saya sedih waktu ayah curhat pada kami, anak-anaknya. Kata ayah, “dulu permainan uang sangat menjamur di dunia kerja, mau jadi PNS juga gitu dulu, walau tidak pintar tapi pakai duit, dapat saja mengabulkan keinginannya, sehingga orang-orang yang duduk di instansi swasta maupun pemerintahan saat itu banyak yang salah tempat. Orang-orang yang pantas diterima malah dicoret dari daftar, sangat tidak adil.” Ayah sangat kecewa saat mengingat kejadian lampau, hanya karena gak punya duit, ayah gak dapat diterima kerja. “bagaimana kerjanya yah ??” Tanya saya. “entahlah bagaimana, itulah yang menyebabkan kacaunya system di Indonesia, semua terkena dampaknya kan??” jawab ayah lagi.
            Di ruang kuliah….
Tadi poin pertama, menjelaskan profil saya dan latar belakang tulisan ini, poin kedua menjelaskan gambaran umum tentang dunia kuliah, naaahhh di bagian ketiga ini tentang suasana saat di ruang kuliah.
            Awal duduk di hari pertama kuliah di semester pertama itu, saya sangat bingung bagaimana materinya disampaikan dosen, pagi-pagi sekali saya bersemangat menuju kampus, terlihat beberapa mahasiswa baru juga bingung dan belum terbiasa dengan suasana baru, saya naik ke lantai II, melihat ruang yang nantinya saya masuki, hmmm… ada karpet dan AC.. hehee tapi hanya pajangan ko.. saya ruang IC(baca: satu C), jam dinding menunjukkan pukul delapan lewat lima menit beberapa detik(gak ngitung detiknya), dosen pertama masuk, mata kuliah apa ya, saya lupa waktu itu, kalau gak salah mata kuliah Pengantar Pendidikan. Saya duduk paling depan, berhadapan langsung dengan tempat duduk dosen saking semangatnya heheehe, ternyata gaya menyampaikan materi perkuliahan berbeda dengan sekolah dulu, di sini dosennya gak panjang lebar menjelaskan, hanya poin-poinnya saja, jadi catatan juga gak terlalu berat hihiiihi… mahasiswa kudu man-di-ri mencari dan menambah materi di buku maupun browsing, supaya ketika ujian dah banyak ilmunya di otak, heheee.. oh ya peraturannya tiap dosen juga ada, unik dan berbeda, mahasiswa perlu memahami karakter dosen, dan memiliki kemampuan beradaptasi yang baik dan benar. Saya sempat sedih karena gak punya uang beli buku referensi, syukur ada teman yang baik hati mau meminjamkan bukunya sehingga dapat saya copy, semua buku referensi semester pertama itu fotocopy-an hehee, tapi justru fotocopy-an itulah dapat membangkitkan semangat saya, dorongan dan motivasi dari dalam diri. Walaupun fotocopy-an bagi saya ilmunya sama ko. Hhee.. agar tidak mengecewakan kedua ortu, maka saya sungguh-sungguh membaca buku bacaan yang ada kaitannya dengan pendidikan, pinjam di kapusda (kantor arsip dan perpustakaan daerah) Banjarbaru. Buku-buku tentang pendidikan dan psikologi benar-benar saya lahap, lama kelamaan saya justru menyenanginya, dan mencintai buku, buku bagi saya merupakan jendela dunia, biarpun kita tidak terlibat dalam kisah lampau tapi dengan buku kita dapat seolah-olah mengikuti kisah lampau, kita dapat mengetahui bangsa lain, dapat belajar tentang lingkungan lain dan sebagainya. Saat FINAL test, di ruang ujian itulah saya dapat pengalaman berharga, teman-teman kerja sama dan membawa jimat. (jimat artinya sebuah catatan pamungkas saat ujian, senjata pamungkas saat perang dimulai hheee), jimat bisa diselipkan di kantong ataupun di pakaian atau ada juga saya melihat teman yang menaruhnya di kaos kaki, idiiihh bauu, hmm..  bahkan ada yang nekad meletakkan di bawah pantat, diduduki bersamaan jimat tersebut, saya yang menyaksikan aksi teman-teman hanya tersenyum simpul, ko mereka repot-repot menyiapkan jimat, sayapun bertanya saat jam istirahat. “kapan kalian membuat jimatnya???”. Salah satunya menjawab santai, “wahh malam hari donk,,semalaman digunakan untuk membuat jimat heheehee” diikuti tawa teman yang lainnya, ini adalah kebiasaan atau habit mahasiswa yang saya temukan pada jaman sekarang, saya terdiam merenung memikirkan apa dan kenapa sebab mereka berbuat seperti itu?? entahlah, ini masih pertanyaan yang belum bisa saya temukan jawabannya… apakah mereka kurang percaya diri ?? sehingga begitu.. bagaimana nantinya kalau calon gurunya saja sudah begitu, tidak jujur. Hmm.. ini bibit dari jiwa KKN, walau hanya simpel masalah ketidakjujuran, tapi bagi saya ini sangat berbahaya bagi bangsa. Saya juga ada merasa tidak adil jika teman mahasiswa lain berbuat curang, saya menjawabnya dengan apa adanya kemampuan dan jujur, sedangkan yang lainnya curang, tapi tak apalah yang penting saya tidak ikutan. Ini saya jadikan uji keimanan saya, apakah saya sanggup menghadapinya atau malah tergoda ??????
berkat semangat yang membara itulah saya berhasil menempuh semester pertama dengan IP 3,65. Di luar dugaan saya.
tapi apa yang terjadi di semester kedua?????
Teman-teman mahasiswa lainnya bertekad bulat ingin memperbaiki nilai di semester ini. Ya saya dukung niat baik mereka, tapi ternyata tetap saja habitnya gak dibuang, tidak jujur. Sampai pada semester ketiga, mereka semakin lihai dalam membuat jimat dan cekatan serta gesit dalam memainkan senjata tersebut, sehingga nilai mereka sangat mengagetkan saya, yaitu A. ?????? bahkan ada yang terang-terangan membawa catatan, membukanya hati-hati, itu teman saya di samping kiri waktu ujian akhir tersebut, dia dengan senangnya menggunakan jimat tersebut. Saya berdo’a pada Allah swt, semoga saya tidak dengki dan dijauhkan dari godaan tersebut. Tapi jika mereka tidak dapat memainkan senjata tersebut, mereka bertanya pada teman lainnya yang senjatanya lebih lengkap. Tidak hanya di samping saya, di depan dan belakang juga begitu, saya dikelilingi mereka yang sibuk dengan senjata pamungkasnya, terkadang saya menyaksikan mereka yang galau saat ujian berlangsung. Saya focus pada soal ujian saja, dan menjawabnya dengan tenang, walau ada rasa risih karena teman-teman sering meminta jawaban juga pada saya. Bahkan ada yang begini saat saya menolak kemauannya melihat jawaban saya; “heh.. PELITT banget sihh jadi orang!!! Gitu aja GAK mau membantu,, mAkan tuhh jawaban!!! Aku gak perlu penjelasan tapi JawabAn, kalau manyuruhku belajar sama kamu juga yaa gak usah,!!! bilang AJA GAK MAU nyontekkan AKUU!!!?? Sebelll…”
Begitulah ucapan yang dia ucapkan pada saya, di depan saya sendiri, walau sangat menusuk, tapi yang saya lakukan ini gak dosa kan, Tuhan??  Padahal sebelumnya saya sudah baik-baik menjawab kemauannya, kata saya, “oh.. itu maksudnya adalah solusinya, sama kayak penjelasan dosen dulu” nahh seperti itu, tapi dia menjawabnya dengan kata kasar. Dan saya ingat di hari pertama ujian waktu itu, dia bilang gini ; “duuuhhh.. aku gak tahu jawabannya apa,, ehh kamu tahu gakk??Lihat yaa??”,
saya hanya menjawabnya; “ada di buku catatan ko tuh jawabannya.. gak jauh dari materi yang disampaikan dosen”
dia menjawab lagi; “duhh aku gak belajaaar”
apaaaaa?????? Andai para dosen mengetahui ini, bagaimana respon para dosen yaa?? mungkin mereka mengubah nilainya dan mengulang ujiannya…. Huh sebel banget saya dengan jawaban santainya itu..seenaknya minta jawaban saya tapi gak ada usaha belajar.. huhh!!  Saya benar-benar gak suka dengan kepalsuan dan ketidakjujuran serta ketidakadilan!!.... seenaknya saja dia minta jawaban, sedangkan saya bayar kuliah, bukan dia yang membiayai kuliah saya kaann??? Jadi buat apa dia marah gitu??! Dibenak saat itu adalah ibu dan ayah saya yang berjuang membiayai pendidikan ini, sehingga saya tidak mudah untuk membagi jawaban ujian kepada teman lain, karena ini  merupakan titik ujung perjuangan kuliah saya, inilah motivasi saya kenapa saya dibilang pelit oleh teman-teman terhadap jawaban ujian. Saya harap mereka mengerti dengan keadaan saya, ada alasan kenapa saya begitu kepada kalian. Saya sangat menghargai perjuangan orang tua. Begitu banyak tantangan yang saya hadapi di masa kuliah ini, dengan teman mahasiswa lain, ketika UAS kemarin ada juga teman yang duduk di belakang bilang seperti ini, “yang di depan itu orangnya PELIT… itu cewek jadi-jadian….” Benar-benar menusuk kalimatnya itu, saya diam saja, gak mau nambah masalah. Biarkan orang berkata seperti itu asal saya tidak melakukan perbuatan hina. Saya tidak takut dan tidak malu dengan caci maki dan hinaan mereka, karena  bagi saya buat apa malu?? Karena saya merasa benar. Tapi saya sudah tahu dampak dari semua ini, yaitu mereka membenci saya. Sudah saya pikirkan sejak itu. dan saya tidak merasa cemas karena masih ada Allah swt yang setia bersama umat-NYA. Ini adalah perjuangan kuliah saya, perjuangan dalam menuntut ilmu, untuk ibadah. Dan di semester IV ini saya benar-benar harus mengevaluasi gaya belajar dan diri, agar dapat memperbaiki jadwal belajar di rumah. IP semester II hanya 3,375, semester III belum tahu berapa. Kadang saya merasa tidak adil dengan nilai jika dibandingkan dengan teman-teman yang berbuat curang. Tapi saya tidak merasa menyesal dengan kesibukan yang waktu itu sangat menyita jam belajar di rumah, di awal semester III saya kerja menjadi guru les SD kelas II untuk mapel matematika, IPA, B.Inggris, BTA, kadang anak-anak meminta saya untuk ngajar Seni dan Budaya maupun IPS dan PKN, saya turuti kemauan mereka, kami memainkan alat musik pianika, dan peralatan lain di kamarnya yang dapat dijadikan alat musik, sambil menyanyi, menari, dan kadang saya selipkan games untuk mengevaluasi mereka, ternyata mereka sangat senang dan setiap harinya ingin selalu diselipkan games di tiap akhir belajar. Mereka merasa tertantang dan bahagia. Mereka membuat saya tertawa lepas. Pengalaman yang sangat indah.^_^. Saya juga menjadi Guru mengaji di rumah orang, empat hari seminggu saya mengajar setiap sore sepulang kuliah, jum’at dan sabtu siang untuk mengajar ngaji. Hari minggu saya gunakan waktu untuk beres-beres rumah, menata ulang perabotan rumah, menata pekarangan rumah dan sebagainya sesudah olah raga pagi. Benar-benar disibukan dengan aktivitas menguras keringat. Sehingga sering saya kelelahan di waktu malam hari, tidak ada tenaga untuk membaca buku, tapi sungguh saya bersyukur dapat menabung untuk biaya beli buku. Ini yang membuat saya kurang belajar di rumah, di ruang kuliah kadang saya mengantuk jika malamnya digunakan menyelesaikan tugas makalah. Sampai akhirnya saya putuskan untuk istirahat mengajar, saya ingin focus kuliah lagi. Pengalaman kerja yang sangat bermakna bagi saya, bekal untuk saya menjadi guru kelak, bekal untuk PPL nanti semester VI, dan saya banyak belajar tentang dunia anak dalam kehidupan nyatanya, tidak hanya di teori buku, ini saya benar-benar merasakan aplikasi teori tersebut.
            Sekian cerita singkat dari saya, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, amiinn yaa Robb………………………………………………………………….
            Inilah HABIT MAHASISWA …. Kebiasaan yang terus menjamur, budaya CoPas saat membuat makalah, juga merupakan habit yang sangat memprihatinkan, terbukti nilai mereka sekarang jauh lebih meningkat, dan mendapat nilai sempurna, nilai saya berada di bawah mereka. Terbukti yang dikatakan oleh para ahli pendidikan bahwa nilai bukan suatu ukuran kecerdasan seseorang, karena nilai bisa dibeli, bisa dipalsukan dengan berbuat curang, tapi kualitas yang terus berkembang dan jarang ditemui pada manusia. SDM yang berkualitas akan dapat terbentuk jika dari awal menyadari pentingnya “character building”………………………………………………………………………………………… jangan budayakan dirimu menjadi manusia yang tidak jujur, karena ini memupuk jiwa KKN. “Knowledge is Power, BUT character is MORE…” iyyaa gaaakk?? ^_^
MARI KITA BERSAMA MEMBANGUN NEGARA , MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA………….dengan hati nan ikhlas …….. \^_^
`~~Latifah~~`